Ingin Memotivasi

          Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dari Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), arti motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu, masih menurut KBBI, motivasi juga dapat diartikan sebagai udaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

          Motivasi berbeda dengan inspirasi. Menurut website ini, Motivasi merupakan suatu proses yang mendorong atau mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya. Sedangkan inspirasi merupakan ide-ide kreatif yang muncul dari dalam diri setelah ada rangsangan dari luar. Namun inspirasi dapat dijadikan sebuah motivasi seseorang untuk mencapai tujuannya.

         Walaupun timbul dalam diri sendiri, motivasi bisa timbul karena pengaruh eksternal atau dari luar diri sendiri. Apa yang dilakukan seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya. Misalnya Cristiano Ronaldo berlatih sepakbola setiap hari untuk bisa menjadi pemain terbaik dunia, lalu pesepakbola berumur 16 tahun juga berlatih sepakbola setiap hari untuk bisa menjadi pemain terbaik di kompetisi sepakbola antar SMA.

          Saya juga merupakan salah satu orang yang sering termotivasi oleh orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika saya ingin mendapat gelar juara pada sebuah tournament futsal, saya termotivasi oleh orang lain. Saya termotivasi dengan apa yang orang lain lakukan ketika ingin memenangkan sesuatu. Tidak jauh-jauh melihat pemain futsal sekaliber Ricardinho untuk membuat saya termotivasi, tapi cukup melihat teman-teman di sekitar saya.

          Bukan ketika teman saya memenangkan sesuatu, tapi proses yang dijalaninya sampai memenangkan sesuatu yang membuat saya termotivasi. Saya melihat seberapa disiplinnya dia, seberapa konsistennya dia, seberapa fokusnya dia selama berproses menuju tujuannya. Bahkan, saya jadi ingin bisa memotivasi orang lain atas apa yang saya lakukan. Setidaknya teman-teman di sekitar saya.

          Sebagai mahasiswa, saya merasa telah melakukan sesuatu yang hebat. Entah akan terasa hebat juga atau tidak menurut anda. Tapi saya berharap teman-teman saya bisa termotivasi atas apa yang telah saya lakukan dan apa yag saya raih.

          Saya akan menceritakannya secara bertahap. Bertahap dalam artian alurnya maju dan peristiwa yang saya ceritakan dibuat berututan. Hal ini saya lakukan agar kalian yang membaca bisa dengan mudah mengerti tulisan saya, dan apa yang ingin saya sampaikan bisa terserap.

          Tahun 2016 adalah tahun dimana saya berada di tingkat satu sebagai mahasiswa. Pada semester ganjil (semester satu), ada OMDI (Olimpiade Mahasiswa Diploma IPB). OMDI adalah event olahraga yang diselenggarakan oleh BEM Sekolah Vokasi. OMDI ini diikuti oleh 17 Program Keahlian yang ada di Diploma IPB. Bebagai cabang olahraga dipertandingkan termasuk olahraga yang saya sukai, yaitu futsal.

          Di OMDI 2016, saya terdaftar sebagai salah satu panitia. Selain sebagai panitia, saya juga ingin menjadi atlet atau kontingen Program Keahlian saya, yaitu Teknik Komputer. Tentunya atlet futsal. Untuk itu, saya pun mengikuti seleksinya.

          Sayangnya, di futsal saya tidak terpilih masuk tim futsal Teknik Komputer untuk bermain di OMDI 2016. Padahal, teman-teman satu angkatan saya yang sering bermain dengan saya, bisa masuk tim. Ada tiga orang yang masuk tim. Mereka adalah teman-teman yang biasa ikut sparing bersama saya melawan program keahlian lain sebelum seleksi masuk tim futsal Teknik Komputer.

          Sakit hati? Pasti. Saya merasa punya kemampuan bermain futsal saya lebih baik dbanding mereka. Tapi saya tidak mau menyalahkan keadaan. Saya tidak mau menyalahkan pelatih, karena saya pikir setiap pelatih punya kriteria pemain yang berbeda-beda. Mungkin saya adalah pemain yang tidak masuk dalam kriterianya.

          Bukannya sombong, tapi saya berbicara fakta. Faktanya setiap kali sparing futsal, saya selalu menjadi tumpuan teman-teman satu angkatan saya. Setiap kali kita ketinggalan satu-dua gol, saya yang selalu bisa mencetak gol untuk membangkitkan semangat teman-teman untuk meraih kemenangan. Sekalipun bukan saya yang mencetak gol, saya lah yang mencetak assist untuk gol yang diciptakan teman saya.

          Walaupun begitu, saya rasa memang saya yang salah. Saat seleksi, saya sombong. Saya terlalu yakin bisa masuk tim, sehingga saya tidak menampilkan peramainan terbaik saya.

          Saya marah. Marah kepada diri saya sendiri, karena saya merasa tidak berguna. Masa menembus tim program keahlian saja tidak bisa. 

          Kemudian, saya mencari tahu tentang UKM Futsal IPB. Saya ingin bisa menembus tim UKM untuk membuktikan ke semua orang bahwa pelatih telah salah dengan tidak meloloskan saya dalam seleksi masuk Tim Futsal Teknik Komputer. Sayangnya, ternyata tempat latihannya jauh dari kos saya dan waktunya pun hari Sabtu pagi. Bagi mahasiswa sarjana di IPB, Sabtu merupakan hari libur, tapi bagi mahasiswa diploma/vokasi IPB, Sabtu merupakan hari kuliah. Berarti saya tidak bisa ikut latihan UKM Futsal IPB.

          Saya sempat merasa putus asa. Saya merasa bahwa futsal bukan lagi jalan hidup saya. Bahkan, saya sampai curhat ke teman saya yang bernama Rizki. "Udahlah, kayanya gua mau fokus kuliah aja dah. Bener kata ibu gua dah kayanya.", kata saya. Padahal, futsal adalah olahraga yang saya tekuni sejak SMP, bahkan mungkin sejak SD.

          Satu tahun berlalu, saya masuk ke tingkat dua sebagai mahasiswa. Lagi-lagi di semester ganjil (semester tiga) ada OMDI. Kali ini OMDI 2017. Saya memutuskan untuk kembali mengikuti seleksinya. Kali ini saya ingin sungguh-sungguh. Saya ingin membantu tim ini.

          Ada beberapa alasan yang membuat saya ingin membantu tim ini. Pertama, hasil dari OMDI 2016 yang tidak lolos dari fase grup. Kedua, salah satu teman saya mengundurkan diri ditambah dua lainnya hampir tidak pernah diberikan kesempatan bermain. Ketiga, saya pikir pengalaman yang saya punya bisa digunakan untuk membantu tim ini.

          Dengan peatih yang sama, saya kembali mengikuti seleksi. Kali ini saya bersungguh-sungguh. Saya berusaha menunjukkan performa terbaik saya, tidak seperti tahun 2016.

          Setelah beberapa pertemuan dalam seleksi, pelatih menyebutkan nama-nama pemain yang terpilih. Nama saya disebut pertama kali. Saya senang karena sesuai dengan tujuan saya, yaitu masuk Tim Futsal Teknik Komputer.

          Di akhir, pelatih berkata, "Untuk yang tidak terpilih gak usah berkecil hati. Tahun depan kalo bisa ikut lagi, karena setelah satu tahun kan kalian pasti berkembang. Soalnya ada satu orang yang tahun kemarin (2016) gak gua pilih, tapi ternyata tahun ini gua lihat dia udah berkembang pesat". Teman-teman saya langsung menyolek saya. Menurut teman-teman saya, yang dimaksud adalah saya. Saya pikir pun begitu, karena selain saya, hanya kiper yang ikut seleksi tahun 2016 maupun tahun 2017. Tanpa mengurangi hormat saya terhadap kiper, tapi rasanya tidak mungkin pelatih begitu memperhatikan kiper.

          Selanjutnya, kita mulai berlatih. Saat itu, persiapan kita terasa sangat kurang, karena waktu seleksinya saja sudah dekat dengan pelaksanaan OMDI 2017. Tapi, kita tetap bersemangat, khususnya saya, karena ini adalah kali pertama saya mengikuti OMDI.

          Mendekati pertandingan pertama kita, di tengah latihan berlangsung, pelatih menentukan kapten tim. Tanpa saya duga, pelatih menunjuk saya sebagai kapten. Padahal, di tim ini ada dua orang yang satu tahun lebih tua dari saya (angkatan 2015). Salah satu diantaranya merupakan kiper plus ketua angkatan Teknik Komputer angkatan 2015. Berarti sudah tak perlu diragukan kepemimpinannya. Selain itu, ada tiga orang teman saya yang sudah masuk tim sejak 2016.  

          Saya sangat bersyukur. Ini di luar ekspektasi saya. Saya hanya berharap bisa masuk tim, ternyata ditunjuk sebagai kapten tim. Hal ini membuat saya semakin bersemangat menghadapi OMDI 2017, karena untuk pertama kalinya dalam hidup saya menjabat sebagai kapten tim futsal.

          Sayangnya, kita gagal total di OMDI 2017. Kita hanya mendapat 1 poin dari tiga pertandingan. Kita lagi-lagi tidak lolos dari grup.

          Lagi-lagi merasa kecewa. Kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya merasa gagal sebagai kapten. Saya merasa tidak mampu meningkatkan semangat teman-teman saya dalam meraih kemenangan. Bahkan dalam 3 pertandingan, saya hanya mencetak 2 gol.

          Saya berusaha memandangnya secara positif. Tahun 2017 ini adalah tahun pertama saya ikut OMDI. Tahun 2017 ini adalah tahun pertama saya menjadi kapten tim. Hal ini berarti saya telah berkembang dari sebelumnya, maka saya harus bersyukur. Setelah itu, saya berusaha melupakan kekecewaan saya ini.

          Tidak lama setelah OMDI berakhir, ada seleksi Tim Futsal Diploma untuk bermain di OMI 2018. OMI adalah Olimpiade Mahasiswa IPB. Di tahun 2016, saya mengikuti seleksi hari pertama, tapi saya pesimis bisa masuk tim sehingga saya tidak mengikuti seleksi di hari-hari berikutnya. Tahun 2017 ini saya pernah bertemu dengan pelatih Tim Futsal Diploma dan saya diajak untuk ikut seleksi, sehingga saya ikut seleksi, walaupun baru hadir di minggu ke-3.

          Saat itu diadakan seleksi berjalan. Tahap awal, hanya game (dibuat kondisi bertanding 5 lawan 5). Setelah beberapa pertemuan, ditentukan 30 pemain yang lolos ke tahap selanjutnya. Saya bersama satu orang teman saya yang satu program keahlian, lolos ke tahap selanjutnya. Sebenarnya ada dua orang lagi dari program keahlian yang sama dengan saya yang juga ikut seleksi. Mereka satu angkatan dibawah saya (angkatan 2017), tapi tidak lolos ke tahap selanjutnya.

          Di  tahap ini, mulai ada sedikit-sedikit latihan, walaupun belum berlatih strategi khusus, para pemain yang masuk tahap ini mulai dapat ilmu baru dari pelatih Tim Futsal Diploma. Tahap ini lebih lama dibandingkan tahap sebelumnya. Berlangsung satu sampai dua bulan termasuk liburan semester ganjil. 

          Memasuki tahun 2018 atau semester genap, latihan mulai diadakan dua kali seminggu. Saya melihat teman-teman yang lain berusaha keras meyakinkan pelatih untuk memilih meraka masuk tim. Hal itu membuat saya semakin bersemangat untuk bekerja keras masuk tim.

          Setelah ini, ternyata masih ada tahapan lainnya sebelum terbentuk tim (15 orang). Pada tahap ini terdapat 17 orang yang terpilih. Kita mulai berlatih deffend dan melakukan sparing melawan tim dari luar IPB dan fakultas lain yang kemungkinan kita hadapi di OMI 2018. 

          Di tahap ini juga mulai dibentuk paketan-paketan tim (satu paket 4 pemain karena tidak termasuk kiper). Pemain yang masuk paketan ketiga menurut saya merupakan pemain yang belum pasti masuk tim, karena ada 6 pemain. Saya masuk paketan ketiga pada saat itu. Ketika paketan satu dan dua sudah mulai nyaman karena selalu main berempat, kita yang berada di paketan ketiga merasa kesulitan karena susunan pemainnya selalu di bongkar pasang.

          Tapi, justru karena itu lah saya bekerja lebih keras lagi untuk setidaknya bisa masuk tim. Saya juga merasa bahwa saya telah melaju terlalu jauh sehingga posisi di tim ini harus saya perjuangkan. Setiap latihan, saya mati-matian berusaha meyakinkan pelatih.

          Selain itu, teman-teman satu program keahlian saya sering bertanya "Masuk tim OMI gak lu?". Saya sering menjawab "belum selesai seleksinya". Mereka sering bertanya karena saya satu-satunya orang dari program keahlian saya yang masih lolos seleksi. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu secara tidak langsung memotivasi saya untuk bekerja lebih keras lagi agar masuk tim. Saya tahu bahwa mereka berharap saya bisa masuk tim, sehingga mereka memiliki alasan untuk nonton langsung pertandingan futsal yang dipastikan seru.

          Akhirnya pelatih mengumumkan nama-nama pemain yang masuk Tim Futsal Diploma. Ada 15 orang. Saya menjadi salah satu diantaranya. Saya sangat senang saat itu. Tapi saya tidak bisa terlalu senang, karena perjuangan sebenarnya baru akan dimulai karena tim ini memasang target juara 1.

          Seperti yang saya duga, saya berada di paketan ketiga. Berarti di atas kertas, paketan ketiga merupakan paketan yang paling buruk dibandingkan paketan pertama dan kedua. Tapi saya ingin mengubahnya. Saya ingin menunjukkan ke pelatih bahwa saya pantas berada di paketan pertama atau kedua.

          Setiap latihan, saya anggap sebagai final. Saya selalu berusaha menunjukkan yang terbaik. Setelah beberapa kali latihan hasilnya mulai terlihat. Setiap kali ada satu atau dua orang teman saya yang tidak hadir latihan, saya selalu coba dimainkan di paketan pertama atau kedua oleh pelatih.

          Lalu OMI dimulai. Ternyata, di fase grup yang terdiri dari dua pertandingan, saya masih dimainkan di paketan ketiga. Kita hanya bermain sekitar 1-2 menit. Itu sangat manyakitkan bagi saya, walaupun kita selalu meraih kemenangan.

          Tapi yang saya tahu, saya sudah sering gagal sebelumnya. Saya sering jatuh, tapi saya selalu bisa bangkit sampai saya mendapatkan apa yang saya inginkan. Hal tersebut sudah saya ceritakan diatas, yaitu saat OMDI 2016 dan OMDI 2017. Oleh karena itu, saya berusaha bangkit dan berusaha menunjukkan ke tim pelatih bahwa mereka salah jika hanya memainkan saya 1-2 menit.

          Selanjutnya ada dua kali latihan menjelang babak 8 besar. Saya langsung merencanakan untuk bekerja sangat keras di dua latihan tersebut. Saya berusaha mempersiapkan diri saya dengan baik sebelum latihan. Tugas kuliah saya selesaikan di hari libur agar tidak mengganggu fokus saya. 

          Ditambah lagi motivasi dari teman-teman saya. Mereka berkata, "Lu main di OMI? Kok gua gak ngeliat haha", "8 besar kapan? Lu main gak? haha" , "Golin gak lu kemarin? Eh salah, main gak lu kemarin? haha". Kata-kata seperti itu telah memotivasi saya untuk bisa menjadi lebih baik sehingga saya dimainkan oleh pelatih. Mungkin maksud mereka bercanda, walaupun berbentuk cacian. Tapi tetap saja saya ingin mengubah itu semua, saya ingin mengubah suara cacian itu jadi suara tepuk tangan.

          Hasil dari kerja keras saya mulai terlihat di latihan terakhir menjelang babak 8 besar. Di latihan tersebut ada sparing melawan alumni. Dalam sparing tersebut, saya tidak sedetikpun bermain di paketan ketiga. Beberapa kali pelatih memainkan saya bersama tiga orang paketan pertama atau tiga orang paketan kedua. Tapi tiga orang teman saya yang paketan ketiga masih tetap bermain bersama.

          Sayangnya, di babak 8 besar pelatih masih belum mempercayakan saya. Saya bersama paketan ketiga lainnya tidak dimainkan sedetik pun. Alhamdulillah-nya kita tetap bisa lolos, walupun harus bermain sampai babak adu penalti.

          Cacian teman-teman saya yang walaupun bercanda semakin menjadi-jadi. Saya hanya tertawa, karena saya berpikir positif bahwa mereka bercanda. Mungkin jika teman-teman saya tahu, mereka akan manilai saya baperan. Tapi, saya memang merupakan orang yang tidak suka diremehkan. Dalam artian, ketika diremehkan, saya akan berusaha mengubah itu semua.

          Akhirnya di semifinal saya mendapat banyak sekali menit bermain. Saya beberapa kali masuk paketan pertama ataupun paketan kedua. Saya juga menjadi starting line up babak kedua. Saya jadi bisa menikmati pertandingan. Bahkan saya mencetak satu gol dan satu assist

          Bahkan assist yang saya buat dibilang sangat berkelas oleh pelatih. Bukan tanpa alasan, "Soalnya mata lu ke kanan, lu passing ke kiri, jauh lagi.", katanya. Saya hanya bisa membalasnya dengan "Haha makasih bang".

          Ketika saya mencetak gol, ada dua hal yang saya lakukan saat selebrasi. Selebrasi yang penuh arti tentunya. Pertama, sambil menundukkan kepala, saya tutup mulut saya dengan jari telunjuk. Ini berarti saya meminta diam orang-orang yang mencaci saya karena saya telah membuktikan bahwa saya pantas dimainkan bahkan sampai mencetak gol, tapi saya tidak mau sombong maka saya tundukkan kepala saya. Kedua, saya sujud sambil mengucap banyak-banyak alhamdulillah. Ini berarti saya bersyukur kepada Allah SWT, karena saya bisa melakukan ini semua ya karena Allah.

          Sayangnya, ini berarti saya telah menggeser satu orang teman saya untuk masuk paketan ketiga. Tapi saya bersyukur, ternyata mereka yang ada di paketan ketiga jadi semakin kerja keras. Hal ini terlihat saat mereka diberikan kesempatan bermain di semifinal walaupun menit bermainnya sedikit.

          Selanjutnya babak final. Masih ada satu kali latihan lagi untuk mematangkan stategi khusus dalam menghadapi Fakultas Kehutanan (Fahutan) di final. Fahutan ini merupakan juara bertahan di OMI, tapi sudah pernah kita hadapi saat sparing dan kita menang dengan skor 8-4.

Di latihan terakhir, saya semakin memantapkan posisi saya di paketan kedua. Hal ini membuat paketan ketiga bekerja lebih keras lagi untuk meyakinkan pelatih bahwa mereka pun bisa seperti saya. Saya senang melihatnya. Ini berarti saya telah memberi pengaruh terhadap orang lain.

Di akhir latihan peltih saya memanggil saya untuk berbicara empat mata. Dia bertanya mengenai assist yang telah saya buat. 
          "Lu kemaren emang insting atau gimana? Kok bisa lu passing kaya gitu?", katanya.            "Gua tau si Anggit lari ke tiang dua bang, sempet ngeliat. Terus kan si Farid passing ke gua, sebenernya kalo Farid lari, itu gua passing lagi bang, makanya sempet gua arahin bola ke kanan. Tapi ternyata farid gak lari, yaudah gua passing ke Anggit di tiang jauh.", saya menjelaskan. 
          "Okee, gua lihat lu ada perkembangan. Nanti kalo lu dimainin di final, lu tunjukin yang terbaik ya.", katanya. 
          "Siapp bang, makasih bang.", kata saya.

          Alhasil, saya bermain di final dan mendapat menit bermain yang lumayan banyak. Yaa walaupun tidak sebanyak di semifinal. Sedangkan paketan ketiga hanya bermain di 1 menit terakhir. Kami pun menang dengan skor 4-1 dan menjadi juara futsal putra di OMI 2018.

          Ini merupakan piala pertama saya selama kuliah. Saya harus menunggu 2 tahun untuk mendapatkannya. Tapi saya sangat senang bisa mendapatkannya, karena saya harus menempuh perjuangan yang melelahkan terlebuh dahulu.

          Selain itu, saya senang karena jika teman saya sadar, apa yang saya lakukan seharusnya bisa memotivasi mereka. Dua kali sudah saya bisa meyakinkan pelatih bahwa mereka salah. Dua kali sudah saya membuat pelatih mengatakan bahwa saya berkembang. 

          Saya masih ingat betul ketika saya tidak lolos seleksi masuk Tim Futsal Teknik Komputer di OMDI 2016. Ternyata, saya jadi satu-satu anak Teknik Komputer yang masuk Tim Futsal Diploma di OMI 2018.

          Saya rasa, saya sudah bisa memotivasi teman-teman saya untuk bisa meraih sesuatu seperti saya. Terutama teman-teman yang sering bermain futsal dengan saya di Teknik Komuter. Tapi mereka perlu memandang bagaimana saya bekerja keras, bukan malah menilai "Ah nafi mah emang jago.". Jika mereka juga mau bekerja keras seperti saya, saya yakin mereka akan meraih sesuatu, karena awalnya saya pun termotivasi oleh teman saya sendiri.

Saat ini saya bisa berkata :
          1. "Tidak ada yang tidak mungkin."
          2. "Juara sejati bukanlah mereka yang selalu menang, tapi mereka yang selalu bisa bangkit ketika gagal"
          3. "Tak perlu banyak omongan. Buktikan dengan tindakan. Ubah suara cemoohan. Jadi suara tepuk tangan"

Berikut sedikit foto juara :
Setelah Final
Pembagian Medali

Comments

Popular posts from this blog

5 Tempat Kemana Hilangnya Pulpen dan 3 Tips Agar Tidak Kehilangan Pulpen

Pengalaman Ikut Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) 2016

Lomba Calistung Kelas 1 SD tahun 2004/2005