2018 : Hasil

          Hari ini, Rabu, 26 Desember 2018 yang berarti tahun 2018 akan segera berakhir. Tahun lalu saya membuat tulisan berjudul "Terimakasih 2017" yang berisi berbagai hal yang telah saya lalui di tahun tersebut. Intinya saya bersyukur karena apa yang saya lalui di tahun tersebut telah membuat saya berkembang di berbagi aspek.

          Kali ini, sebelum 2018 berakhir, saya ingin membuat tulisan yang juga berisi berbagai hal yang telah saya lalui di tahun ini. Seperti sebelumnya, tulisan ini merupakan bentuk rasa syukur saya atas apa yang telah saya lalui serta atas apa yang telah Allah berikan. Karena berkat itu semua, lagi-lagi membuat saya berkembang di berbagai aspek. 

Pertama, Juara OMI 2018. 

          OMI adalah Olimpiade Mahasiswa IPB yang merupakan pesta olahraga-nya mahasiswa IPB dimana setiap fakultas bertarung memperebutkan medali emas, perak, dan perunggu di berbagai cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan. Saya bermain di cabor futsal putra. Pada OMI 2018 ini, saya sedang berada di tingkat 2 Diploma IPB (sudah berganti jadi sekolah vokasi). Di tingkat 1, saya tidak mengikuti OMI karena OMDI (Olimpiade Mahasiswa Diploma IPB) saja saya tidak ikut.

          Saat itu, saya tidak terpilih masuk tim OMDI jurusan saya, yaitu Teknik Komputer (tekom). Hal tersebut membuat saya berfikir, "ah OMDI aja gak lolos seleksi, apalagi OMI", sehingga saya tidak mau mengikuti seleksi OMI. Di tingkat 2 (2017), saya berhasil lolos seleksi tekom dan langsung ditunjuk sebagai kapten tim walaupun di tim tersebut masih ada beberapa pemain senior. Suatu kebanggan dan kehormatan buat saya bisa menjadi kapten tim. Karena sebelumnya saya tidak pernah ditunjuk sebagai kapten tim.

          Namun, sayangnya tekom mendapat hasil yang buruk. Hanya mendapat 1 poin dari 3 pertandingan dan tidak lolos dari grup. Kalau saya tidak salah ingat, di OMDI pertama bagi saya itu, saya mencetak 1 gol dan 1 assist atau 2 gol entahlah.

          Setelah itu, mulai diadakan seleksi masuk tim vokasi untuk OMI 2018. Saat itu, saya ragu untuk ikut, karena saat itu saya harus bersaing dengan pemain-pemain lama yang masuk tim di tahun sebelumnya, mahasiswa baru yang hebat, dan pemain-pemain hebat yang baru ikut seleksi tahun ini seperti saya. Terlebih lagi, saya bersama tekom tidak mampu lolos dari grup di OMDI, saya harus bersaing dengan puluhan bahkan ratusan pemain dari 16 jurusan lainnya. Namun, pada akhirnya saya memutuskan untuk ikut seleksi walau baru hadir di minggu ketiga.

          Singkat cerita, berkat menerapkan pesan dari mantan pelatih saya di SMA, yaitu "kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas", saya berhasil terpilih masuk tim vokasi untuk OMI 2018. Selanjutnya cerita legkap perjuangan saya bisa dibaca pada tulisan saya yang berjudul Ingin Memotivasi.

          Berkat perjuangan panjang tersebut, saya berhasil meraih gelar juara. Gelar yang terakhir kali saya rasakan ketika saya kelas 11 SMA atau tahun 2015 yang berarti 3 tahun yang lalu. Total saya mencetak 1 gol 1 assist yang semuanya saya lakukan di babak semifinal.

          Saya sangat bersyukur akan hal tersebut. Bukan hanya karena bisa kembali merasakan menjadi juara, tapi juga karena saya jadi sangat sangat berkembang sebagai pemain futsal. Hal tersebut karena latihan rutin 2-3 kali seminggu selama sekitar 2 bulan dan dilatih oleh pelatih berkelas.

          Pelatih saya, yaitu Febryansyah atau yang akrab disapa Bang Sly merupakan mantan pemain futsal profesional. Beliau pernah bermain untuk klub Biangbola. Ilmu yang beliau berikan sangat sangat bermanfaat bagi saya. Baik teknis maupun non-teknis. Dari teknis saja beliau mengajarkan cara bertahan dalam futsal, setplay dalam mebangun serangan, setplay untuk keluar dari pressing musuh, setpiece tendangan bebas, setpiece kick in atau bolau out, setpiece dari sepak pojok, dan lain-lain. Banyak sekali. Sekarang saya jadi pemain yang benar-benar mengandalkan otak dalam bermain futsal. 

Kedua, IP 3,50. 

          OMI berlangsung bulan April sampai Mei. Kami melakukan persiapan sejak Januari. Kuliah semester 4 dimulai bulan Februari dan berakhir Juni. Berarti hampir sepanjang semester 4, fokus saya terbagi antara bermain futsal dan kuliah. IP saya di semester 3 adalah 3,78. IP saya di semester 2 adalah 3,79. Jika fokus saya terbagi, mungkin saya tidak bisa lagi mendapat IP di kisaran 3,7 seperti itu.

          Namun, saya sudah memikirkan hal tersebut sebelum semester 4 dimulai. Cukup membuat saya bingung. Alasannya banyak. Satu, tidak ada jaminan saya akan menjadi juara di OMI, sedangkan latihan rutin akan tetap jalan sejak Januari setidaknya sampai April dan akan mengganggu fokus kuliah saya. Dua, per-latihannya saya harus membayar 10-15rb, silakan dikalikan 2 lalu dikalikan 4, itulah biaya yang keluarkan setiap bulannya tanpa ada jaminan prestasi. Tiga, sudah mengorbankan uang dan waktu, catatan vokasi di OMI adalah gagal juara pada tahun 2016-2017, sehingga gagal juara lagi sangat mungkin terjadi lagi di tahun 2018 ini. Bukan tidak mungkin saya gagal di OMI sekaligus gagal mendapat IP tinggi.

          Sayangnya, saya cinta futsal, saya cinta tantangan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut membuat saya tertantang. Saya merasa perlu mempertahankan IP saya sekaligus berjuang untuk membuat vokasi juara paska hasil buruk di dua tahun sebelumnya. Saya siap bekerja keras untuk itu.

          Namun, saya realistis, saya sudah siap jika IP saya turun. IP terburuk saya adalah 3,2 yang saya raih di semester 1. Saat itu saya berfikir, kalaupun IP saya turun, paling masih di kisaran 3,2 atau 3,3, syukur-syukur kalau bisa 3,4. Berarti setidaknya masih setara dengan IP saya di semester 1, tidak masalah buat saya, saya masih akan sangat bersyukur jika hal itu terjadi.

          Saya berusaha semaksimal mungkin dalam hal manajemen waktu dan manajemen keuangan. Saya berusaha bagaimana caranya saya tetap bisa menyelesaikan urusan kuliah di tengah kesibukan latihan dan tanding futsal. Selain itu, saya juga berusaha menjaga kondisi tubuh saya agar tetap prima menjalani keduanya.

          Dan ternyata, Allah Maha Baik. Sudah juara OMI, saya masih diberikan nikmat IP 3,50. Masih masuk range Cumlaude. Memang turun dari semester-semester sebelumnya, namun melebihi ekspektasi saya (kisaran 3,2 - 3,3). Alhamdulillah. Saya benar-benar bersyukur dengan hal tersebut, Bukan hanya karena saya mendapat IP yang tinggi, tapi juga saya telah belajar dan semakin berkembang dalam hal manajemen waktu dan manajemen keuangan.

Ketiga, Naik Gunung Sumbing dan Prau.


          Tahun 2015 adalah terakhir kali saya naik gunung. Saat itu saya naik Gunung Ciremai yang terletak di Kuningan, Jawa Barat. Setelah itu saya belum pernah naik gunung lagi karena saya merasa tidak ada teman untuk naik gunung. Biasanya saya naik gunung bertiga dengan saudara saya. Sayangnya yang satu sibuk kuliah di Bandung dan yang satu lagi sibuk kuliah di Semarang.

          Setelah kuliah sekian lama, di semester 4 atau tahun 2018 ini saya baru tahu bahwa beberapa teman saya di tekom suka naik gunung juga. Saat itu mereka melakukan pendakian ke Gunung Gede yang terletak di Bogor. Kalau saya tidak salah, sebanyak 21 orang yang ikut. Namun, saya tidak ikut karena berbagai alasan. Salah satunya karena saat itu masih musim hujan. Saya tidak suka naik gunung di musim hujan karena biasanya banyak kabut. Nanti ketika sampai di puncaknya, saya jadi tidak bisa melihat keindahan alamnya karena tertutup kabut. Untuk mahasiswa yang belum berpenghasilan seperti saya, menurut saya sayang aja biaya yang udah dikeluarkan buat naik gunung tersebut.

          Memasuki masa liburan semester genap, saya ingin sekali naik gunung. Alasannya karena sudah lama sekali saya tidak naik gunung dan kalau bukan sekarang mau kapan lagi. Libur semester 5 dan libur semester 6 hampir tidak mungkin bisa. Karena pada nanti pasti saya fokus untuk mengurus banyak hal seperti PKL, Seminar, dan Sidang untuk kelulusan.

          Lalu, salah satu teman saya yang ikut naik Gunung Gede mengajak saya naik gunung yang ada di daerah Jawa Tengah. "Ayo, ajakin aja yang lain, gua pasti ikut". Begitu jawaban saya. Akhirnya diputuskan untuk naik Gunung Sumbing. Kemudian kami mulai mengajak teman-teman yang lain. Setelah sempat kesulitan menyamakan jadwal kosong, akhirnya diputuskan untuk berangkat tanggal 26 Agustus 2018.

          Saat itu, saya sudah menyiapkan cukup banyak uang hanya untuk naik gunung tersebut. Karena untuk naik gunung di daerah Jawa Tengah, saya perlu mengeluarkan lebih banyak uang, terutama untuk transportasi. Namun, sempat ada kendala.

          Jadi, saat itu saya sedang menjadi penanggung jawab pembuatan atau pembelian jersey futsal tekom. Saat itu kalau saya tidak salah, tanggal 13 Agustus sudah harus membayar DP atau 50%-nya. Sementara itu, dari sekitar 50 jersey, saat itu masih banyak yang belum membayar DP. Jadi saya talangi dahulu pembayaran jersey tersebut agar jersey tekom tetap bisa dibuat. Karena itu, saya sempat ingin batal ikut naik gunung dengan alasan tidak ada uang. Namun dengan berbagai usaha, akhirnya uang saya kembali menjelang keberangkatan tanggal 26 Agustus.

          Kami berangkat ber-enam. Saya, Yosua, Dani, Dhika, Aceng, dan Dwiki. Menjelang keberangkatan, saya baru tahu bahwa Yosua naik Gunung Marapi di Sumatera Barat ketika dia pulang kampung di bulan Juli. Karena itu, saya mengajak Yosua untuk searching mengenai segala hal tentang Gunung Sumbing. Mulai dari berangkat naik apa, biaya SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) berapa, sampai estimasi waktu sejak mulai naik sampai turun gunung. Hal tersebut dilakukan karena kami belum ada yang pernah naik Gunung Sumbing sebelumnya.

          Namun sangat disayangkan kami tidak sampai puncak Gunung Sumbing. Padahal saya kira hanya tinggal sekitar 30-60 menit lagi sampai ke puncak. Tapi teman saya yang bernama Dhika sakit, lemas, dan terlihat tidak kuat melanjutkan pendakian. Apalagi saat itu menyisakan tanjakan curam menuju puncak gunung. Sehingga kami memutuskan untuk berhenti, tidak melanjutkan pendakian, beristirahat sejenak, menikmati matahari terbit, menyaksikan samudera diatas awan, dan menatap Gunung Sindoro di seberang untuk kemudian turun menuju tenda.

          Pendakian tersebut secara tidak langsung dipimpin oleh saya dan Yosua. Saya merasa bersalah karena saya yang mengajak pendakian jam 1 pagi menuju puncak untuk menyaksikan matahari terbit dari puncak Gunung Sumbing. Hal tersebut saya lakukan karena saat itulah pemandangan paling indah. Memang yang lain menerima ajakan saya, tapi saya lupa bahwa kami kurang tenaga karena tidak makan nasi sebelumnya, hanya makan mie. Alhasil, Dhika tidak kuat.

          Beruntung kami masih sempat melihat indahnya matahari terbit walaupun tidak dari puncak Gunung Sumbing. Karena saya meminta berhenti setiap kali ada spot berupa lahan terbuka untuk melihat pemandangan sebagai pereda lelah. Ada yang bilang "yang terpenting dari naik gunung bukan sampai puncak, tapi kembali pulang dengan selamat". Dan saya baru saja megalaminya.

          Sebagai obat dari tidak sampainya kita ke puncak gunung Sumbing, kita ke Gunung Prau. Kita berangkat pagi hari setelah turun dari Gunung Sumbing. Kebetulan saat itu kami bertemu 4 orang asal Jakarta yang naik bersama kami. Kemudian turun bersama dan ternyata sama-sama tidak sampai puncak. Akhirnya kami sama-sama berangkat ke Gunung Prau dengan men-carter mobil.

          Bedanya mereka nge-camp lagi di Prau, mungkin untuk melihat yang katanya "Golden Sunrise" di Puncak Prau. Sedangkan kami tidak, karena keterbatasan biaya. Lagipula naik Gunung Prau tidak masuk rencana kami. Kami hanya naik ke puncaknya, beristirahat, dan langsung turun lagi untuk pulang. Terutama karena kami mengejar bus ke Bogor yang katanya hanya sampai sore.

          Sayangnya lagi, saat itu mendung, sampai di puncak, kami tidak mendapat pemandangan yang terlalu indah. Memang benar, hanya Golden Sunrise yang indah di puncak Gunung Prau. Kalau kalian pernah melihat lambang aqua, itulah Golden Sunrise Prau. Tiga gunung tertinggi Jawa Tengah terlihat dari puncak gunung Prau ketika matahari terbit.

          Terlepas dari itu semua, saya sangat-sangat bersyukur bisa kembali naik gunung. Kembali berjalan di tengah hutan yang sepi. Kembali menginjak tanah. Kembali tidur menggunakan sleeping bag. Kembali merasakan udara dingin. Itu semua sudah membuat saya sangat bahagia. Apalagi sebelumnya saya hampir tidak bisa ikut naik gunung dan ternyata malah mendaki dua gunung. Masya Allah, Alhamdulillah.

Keempat, Jersey Tekom Mencapai Target.

          Pelatih saya di futsal vokasi (Bang Sly) adalah salah satu pemilik atau bos Soccerz. Soccerz ini merupakan perusahaan pembuat jersey yang namanya sudah cukup besar karena pernah menjadi apparel jersey klub-klub profesional di liga futsal Indonesia.

          BEM Vokasi bekerja sama dengan soccerz untuk OMDI 2018. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah semua jurusan yang ada di vokasi atau yang merupakan peserta OMDI harus membuat jersey di soccerz. Selain itu, jika setiap jurusan bisa mencapai 50 pcs, BEM dan jurusan yang mencapai target tersebut akan mendapat feedback dari soccerz.

          Bang Sly menunjuk para pemainnya di futsal vokasi sebagai penanggung jawab pembuatan jersey jurusan masing-masing. Saya yang merupakan satu-satunya pemain yang berasal dari jurusan tekom pun ditunjuk menjadi penanggung jawab pembuatan jersey tekom. Namun, saat itu saya mengajak teman saya yang juga aktif di futsal tekom, yaitu Govind, untuk membantu saya mengurusi pembuatan jersey ini.

          Jadi tugas kita adalah mensosialisasikan pembuatan jersey ke setiap angkatan mengenai desain jersey, ukuran, dan harga. Serta mencatat nama, nomor punggung, serta ukuran orang-orang yang ingin membuat jersey dari 3 angkatan. Angkatan 53, 54, dan 55. Kemudian kita mengirimkan file berisi data orang-orang tersebut ke pihak BEM. Serta mengumpulkan uang pembayaran jersey untuk kemudian di transfer ke pihak BEM. Kenapa selalu ke pihak BEM? Karena ini adalah kerjasama antara BEM dan soccerz, jadi BEM merupakan perantara antara jurusan dengan soccerz.

          Kemudian saya membuat grup yang berisi anak-anak angkatan 53 dan 54 yang aktif di futsal tekom. Saat itu ada 8 orang kalau tidak salah. Tujuannya untuk menyamakan suara perihal desain jersey. Saya merasa perlu melakukan ini agar saya tidak promosi jersey sendirian untuk mencapai target 50 pcs. Saya ingin kita semua sepakat dengan desain jersey yang ada, sehingga semuanya mempromosikan jerseynya agar dibeli anak-anak tekom.

          Setelah sepakat, saya juga menyampaikan ada tenggat waktu pembayaran jersey yang dibagi 3. Pertama 50%, kemudian 80%, terakhir 100%. Saat itu jaraknya bisa dikatakan sangat pendek, dari 50% ke 80% dan seterusnya. Ditambah lagi kita sempat makan waktu ketika menyepakati desain jersey yang disebabkan oleh sulitnya berkomunikasi, karena saat itu sudah masuk masa liburan, sulit untuk berkomunikasi atau ngobrol secara langsung.

          Kemudian, saya membuat pesan untuk di broadcast. Pesan tersebut berisi informasi bahwa ada pembuatan jersey serta tata cara pemesanannya. Saat itu saya sempat mempelajari pesan-pesan broadcast yang pernah dibuat oleh beberapa organisasi, karena saya ingin agar pesan yang saya buat terlihat profesional. Dengan begitu, orang akan tertarik dan ikut memesan dan membeli jersey.

          Karena sedang libur, saya sebagai penanggung jawab (PJ) utama harus pulang ke Bekasi. Selain itu, Govind yang ikut membantu saya harus pulang ke Sumatera Barat. Saya memang bisa dengan mudah ke Bogor. Tapi kalau untuk bolak-balik, itu gak efektif. Akhirnya, saya menunjuk Reza (angkatan 54) untuk menjadi PJ penjualan jersey di angkatan 54-55, karena dia asli orang Bogor dan angkatan 55 sudah masuk perkuliahan materikulasi. Jadi bisa ditemui untuk komuniakasi secara langsung. Kemudian dia menunjuk Bagus (angkatan 55) untuk menjadi PJ penjualan jersey angkatan 55 atas izin saya. Sedangkan saya menjadi PJ penjualan jersey angkatan 53. Namun, saya rasa disini saya telah membuat kesalahan.

          Sebagai PJ, saya beberapa kali membagikan pesan broadcast ke grup angkatan. Saya juga mem-PC setiap orang untuk menginformasikan tentang tenggat waktu pembayaran dan memastikan semuanya bayar tepat waktu. Sedangkan Reza dan Bagus sepertinya tidak melakukan apa yang saya lakukan. Mungkin karena saya juga tidak menyampaikan agar mereka melakukan apa yang saya lakukan. Alhasil, ketika mayoritas anak 53 udah bayar, anak-anak 54-55 justru belum bayar. Padahal angkatan 55 paling banyak yang ikut memesan jersey.

          Saat itu tenggat waktu pembayaran 80% hampir bersamaan dengan waktu keberangkatan saya untuk naik gunung. Saya waktu itu berencana berangkat tanggal 26 Agustus, sedangkan tenggat waktu pembayaran jersey sekitar tanggal 20-an, saya lupa. Saat itu saya sempat berfikir untuk menalangi dahulu uang pembayaran jersey menggunakan uang tabungan saya yang rencananya digunakan untuk naik gunung. Jika hal itu terjadi, mungkin saya tidak jadi naik gunung karena tidak ada uang.

          Untuk itu, dengan waktu yang mepet, saya bergerak cepat mengambil alih pekerjaan Reza dan Bagus. Saat itu saya hampir melakukan semuanya sendirian karena Govind sedang di Sumatera Barat sehingga tidak bisa banyak membantu. Saya cari tahu kontak semua anak yang memesan jersey, kemudian saya melakukan hal yang sama seperti ke anak-anak angkatan 53. Dan, karena terlalu mepet, banyak diantara mereka yang tidak bisa membayar tepat waktu.

          Untuk itu, saya tanya satu persatu kapan mereka bisa membayar. Agar walaupun saya talangi, saya tetap bisa mengatur keuangan saya dan tetap bisa ikut naik gunung. Akhirnya saya tetap menalangi sebagian pembayaran jersey dan tetap bisa ikut naik gunung karena uang saya masih sempat terganti sebelum saya berangkat naik gunung.

          Bahkan, kami berhasil mencapai target penjualan 50 pcs. Saat itu, dari sekitar 13 jurusan, hanya ada 4 jurusan yang berhasil mencapai target. Tekom, peternakan, perkebunan, dan ekowisata. Itupun setahu saya jurusan lain membuat jersey cabor lain selain futsal untuk mencapai target tersebut. Hanya tekom yang membuat jersey futsal namun mencapai target. Menurut saya, ini karena pesan broadcast yang saya buat atau promosi yang saya lakukan, sehingga banyak yang tertarik membuat jersey futsal tekom.

          Saya sangat bersyukur akan hal tersebut. Bukan hanya karena saya berhasil mencapai target penjualan, tapi saya sedikit belajar tentang berdagang. Saya juga mendapat tambahan pelajaran tentang manajemen. Juga tambahan pemasukan. Karena dari situ saya dan Govind mendapat 250rb sebagai uang lelah. Tapi saya mengambil 150rb dan Govind 100rb, karena Saya yang lebih banyak bekerja. Govind pun menerima hal tersebut.

Kelima, Juara KNPI Cup Bogor.


          KNPI adalah Komiter Nasional Pemuda Indonesia. KNPI Bogor mengadakan tournament futsal kecil-kecilan bekerjasama dengan mahasiswa Vokasi IPB. Pesertanya pun hanya mahasiswa Vokasi IPB. Namun, hadiah juaranya cukup besar. Sepertinya mereka ingin menghabiskan dana yang ada haha.

          Saya lupa tournament tersebut diikuti berapa tim. Yang jelas para pesertanya adalah jurusan-jurusan yang sedang melakukan persiapan OMDI 2018. Tournament diadakan satu hari sebelum hari pertama masuk semester 5. Kalau tidak salah, saat itu hanya selang 2 hari setelah saya pulang dari naik gunung Sumbing dan Prau.

          Saya mengikuti tournament tersebut bersama anak-anak futsal Vokasi. Namun tidak semua ikut, hanya 9 orang dengan 1 kiper. Bahkan, salah satu teman saya malah ikut tim jurusannya di tournament tersebut.

          Kita pun tidak menggunakan nama tim futsal vokasi tapi Barju FC. Barju ini berasal dari celetukan salah satu teman saya. Kepanjangannya BARudak JUara katanya. Itu dilontarkan paska kita menjuarai OMI 2018. Barudak Juara berasal dari bahasa sunda yang artinya anak-anak juara.

          Saat itu, kita menggunakan jersey atau kostum bertuliskan Vokasi, sehingga menarik perhatian peserta lain. Mereka tahu bahwa kami merupakan para pemain futsal vokasi. Semua orang pun memprediksi kita akan keluar sebagai juara. Bagaimana tidak? Para peserta tournament adalah mahasiswa vokasi sedangkan tim kami berisikan para pemain terbaik vokasi yang telah menjadi juara se-IPB.

          Benar saja, kami keluar sebagai juara dengan mudah. Kami selalu menang dengan skor meyakinkan. Hanya butuh tiga pertandingan dan tiga kemenangan untuk menjadi juara. Saya mencetak 1 gol dan 1 assist sepanjang tournament tersebut.

          Setelah keluar sebagai juara, kami makan-makan untuk merayakannya. Makan kerang. Banyak sekali saat itu. Setelah makan-makan, ternyata masih ada uang sisa, dan kami mendapat masing-masing 100rb. Sudah juara, makan gratis, masih dapat tambahan 100rb. Alhamdulillah.

Keenam, Dapat beasiswa PPA.

          Beasiswa PPA adalah Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari pemerintah atau lebih tepatnya kemristekdikti. Beasiswa ini diberikan selama satu semester dengan persyaratan utama IPK lebih dari 3,00.

          Tahun 2017, saya sempat mendaftar beasiswa PPA untuk semester 3. Namun, saya tidak mendapatkannya. Tahun 2018, saya mencoba mendaftar lagi untuk semester 5. Hal ini saya lakukan karena kabarnya beberapa teman di jurusan saya yang sebelumnya mendapat beasiswa ini tidak memperpanjangnya, padahal bisa diperpanjang. Saya jadi merasa punya kesempatan besar untuk bisa mendapatkannya.

          Sebelum mendaftar, saya sempat bertanya beberapa hal ke teman-teman saya yang mendapat beasiswa ini dan memperpanjangnya. Mereka adalah Maman dan Malisa. Saat itu bahkan Malisa menyarankan saya untuk sering-sering membaca sholawat di hadapan formulir pendaftarannya, "insya Allah dapet" katanya.

          Saya baru ingat bahwa hal tersebut tidak saya lakukan saat pertama kali mendaftar. Padahal, ketika ingin masuk IPB, saya melakukannya. Saya membaca sholawat di hadapan foto gedung IPB hampir setiap hari. Alhasil, saya bisa masuk IPB. Entah ini benar-benar berpengaruh atau tidak, yang jelas saya yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya.

          Saat itu bulan Agustus. Ketika saya lagi ngurusin jersey tekom, saya juga harus mengurus pendaftaran PPA. Beberapa kali saya bolak-balik Bogor-Bekasi, bolak-balik ke kampus, untuk memastikan semuanya selesai tepat waktu. Apalagi ada berkas yang perlu ditandatangani oleh Ketua Program Keahlian Tekom dan Dekan Vokasi IPB.

          Akhirnya semuanya selesai tepat waktu. Pendaftaran PPA selesai, jersey tekom selesai. Ohiya, saya juga harus mempersiapkan keberangkatn ke Wonosobo untuk naik gunung. Tapi, itu bisa dilakukan dalam waktu singkat. Jadi selesai juga.

          Setelah semuanya selesai, saya menunggu pengumuman beasiswa PPA. Lalu saya bersyukur karena lagi-lagi saya mendapatkan rezeki. Saya berhasil jadi salah satu penerima beasiswa PPA. Saat itu mendapat 2,4jt dalam satu semester. Kemudian, saya bergegas membuat rekening BNI sebagai salah satu syarat penerima beasiswa PPA.

          Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya uang beasiswa itu cair. Saya sangat-sangat bersykur akan hal tersebut. Seolah tak ada hentinya Allah memberikan rezeki untuk saya.

          Sedikit tambahan di bagian keenam ini. Ketika ada penjualan jersey latihan futsal vokasi, saya kembali bertugas menjualnya. Dari situ saya mendapat 50rb. Seharusnya 75rb, tapi sisanya untuk uang kas tim kata Ayu (manajer tim yang juga teman saya). Tetap saja itu rezeki buat saya. Sekali lagi Alhamdulillah.

Ketujuh, Wakil Ketua IT Fest.

          Dipertengahan semester 4, sekitar bulan Februari-April, saya sempat diminta untuk menjadi Ketua Pelaksana ITFest 2018 oleh ketua organisasi yang saya ikuti, yaitu Micro IPB. Singkat cerita setelah bernegosiasi, akhirnya saya menerima tawaran untuk menjadi Wakil Ketua Pelaksana ITFest 2018. Ketuanya adalah Feby Pratama yang juga teman saya di tekom.

          ITFest sendiri merupakan event terbesar yang diadakan oleh Micro di tahun 2018 ini. Acaranya terdiri dari lomba short movie dan talkshow. Puncak acaranya adalah talkshow yang diadakan tanggal 14 Oktober 2018.

          Ada banyak kesulitan yang harus saya hadapi di ITFest ini. Kata Budi (Ketua Micro), event ini adalah yang terbesar di masa kepengurusan 2017-2018. Tapi, ITFest sendiri baru diadakan lagi setelah tahun sebelumnya hanya ada IJFest yang bekerja sama dengan BEM SV IPB. Selain itu, Budi meminta ITFest ini untuk tidak berbentuk seminar dan diadakan di Gedung Kemuning Gading. Hal tersebut dilakukan agar berbeda dari ITKnowledge yang diadakan pada bulan Maret. Hal tersebut membuat saya secara pribadi dan teman-teman BPH ITFest secara umum merasa tidak punya patokan untuk menjalankan event ini. Berbeda dengan proker Micro lainnya yang sudah punya patokan yang jelas, yaitu event yang sama di tahun sebelumnya. Setidaknya menurut saya seperti itu.

          Persiapan ITFest dilakukan sejak April. Tapi pada saat itu saya harus masih harus fokus berlatih dan bertanding untuk OMI 2018. Bahkan sejak awal saya sudah bilang ke teman-teman BPH ITFest, "sorry ya kalo sekarang-sekarang ini gua belum bisa terlalu fokus kesini, soalnya gua masih main OMI". Disaat yang bersamaan, BPH telah membuat timeline mengenai apa saja yang harus dikerjakan dan kapan harus diselesaikan. Karena saya masih lebih fokus main futsal, saya jadi sering kali tidak bisa ikut diskusi atau rapat. Padahal saat itu adalah saat-saat pembuatan perencanaan yang berarti akan fatal akibatnya jika terjadi kesalahan.

          Saya baru bisa fokus ke ITFest setelah OMI selesai. Sayangnya setelah OMI selesai, sudah masuk bulan puasa dan masa-masa pengumpulan projek akhir semester. Setelah itu masuk libur lebaran, kemudian UAS, dan libur semester. Jadi saya baru benar-benar fokus ke ITFest setelah liburan. Yang mana hal tersebut bersamaan dengan berlangsungnya OMDI 2018 dimana saya lagi-lagi menjadi kapten futsal tekom.

          Pada masa liburan, kami para panitia ITFest kesulitan berkomunikasi karena berbagai alasan. Banyak yang pulang kampung sehingga tidak ada sinyal, jarang buka hp karena sedang liburan, dan lain sebagainya. Sehingga banyak pekerjaan yang tidak selesai sesuai jadwal. Banyak sekali yang tidak sesuai timeline, tidak sesuai target. Sedangkan satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya saling berhubungan. Jika satu belum selesai, maka yang lainnya belum bisa dikerjakan.

          Untuk itu, pada bulan Agustus, saat liburan, saya cukup sibuk mengurus banyak hal walau hanya menggunakan hp. Saya hampir tidak pernah meng-close line karena banyak orang yang perlu saya hubungi terkait ITFest dan lainnya. Bulan Agustus mungkin bulan tersibuk saya karena saat itu saya harus mengurusi ITFest, jersey tekom, pendaftaran PPA, dan persiapan naik gunung.

          Puncaknya ketika bulan September. Karena banyak pekerjaan yang molor sementara deadline semakin dekat. Kami pun harus bekerja keras dan berfikir cepat mengenai apa yang harus dilakukan. Disinilah saya sadar bahwa banyak yang salah dari perencanaan yang telah dibuat di bulan April. Saya merasa seharusnya saya telah mengetahui itu sejak awal jika saja saya bisa fokus ke ITFest sejak awal. Tapi saya salah. Saat itu, saya merasa bahwa teman-teman BPH ITFest adalah orang-orang yang berpengalaman sehingga tidak mungkin melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, banyak perencanaan yang berubah, banyak pekerjaan yang berubah, semua dilakukan agar semuanya selesai tepat waktu. Akhirnya semuanya pun selesai di 14 Oktober 2018.

          Kesalahan lainnya adalah tidak adanya koneksi yang baik antar anggota. Saya berada di BPH, saya berusaha semaksimal mungkin agar konekasi terdekat di sekitar kami berjalan dengan baik. BPH ITFest ke BPH Micro, BPH ITFest ke para Co. dan W.co., saya rasa semuanya telah berjalan dengan baik. Tapi, dari Co W.Co ke anggotanya yang tidak berjalan dengan baik. Memang tidak semua divisi, tapi banyak. Saya baru menyadari hal tersebut juga di bulan September. Hal ini tentunya sedikit menghambat pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan. 

          Setelah saya masuk grup-grup divisi, saya baru menyadari hal tersebut. Saya jadi baru sadar bahwa ada hal yang belum saya sampaikan ke Co Wco tiap divsi. Seharusnya saya sampaikan sejak awal. Menurut saya.

          Terlepas dari itu semua, saya bersyukur ITFest 2018 telah usai dan diadakan sesuai rencana berkat kerjakeras semua teman-teman panitia. Saya jadi belajar hal baru tentang banyak hal. Mulai dari perencanaan dalam membuat event sampai kepemimpinan.

          Melebihi ekspektasi. Menurut saya, saya berada di BPH dan menjadi wakil ketua pelaksana sebuah event bukan disaat yang tepat. Pengalaman saya hanya menjadi anggota divisi logistik dan Co divisi konsumsi. Seharusnya sebelum menjadi waketuplak atau ketuplak, setidaknya saya sudah pernah menjadi anggota divisi logistik, konsumsi, ddd, sponsor, acara, dan humas. Tapi tidak masalah, ini pelajaran baru buat saya.

Kedelapan, OMDI 2018.

          Huft, sepertinya saya sudah lelah menulisnya. Ini tanggal 29, saya mulai menulisnya tanggal 26. Kalian juga mungkin sudah lelah membacanya. Bahkan mungkin kalian tidak membacanya sampai bagian kedelapan ini. Jika tidak, terimakasih sudah mau membaca. Saya hanya mau sedikit sharing sekaligus mengabadikan apa yang pernah saya lalui.

          Oke, OMDI 2018. Tahun ini saya kembali ditunjuk sebagai kapten tekom. Sangat jarang terjadi seseorang menjadi kapten selama dua tahun. Karena sesungguhnya nuansa senioritas di futsal tekom masih terasa. Biasanya tingkat akhirlah yang menjadi kapten, tapi tahun kemarin saya ditunjuk sebagai kapten walaupun tingkat dua.

          Tahun sebelumnya kita hancur. Sebagai manusia, saya selalu ingin berkembang. Selalu ingin lebih baik baik dari sebelumnya. Di OMDI kali ini pun saya ingin lebih baik dari sebelumnya. Baik untuk tim maupun diri saya sendiri.

          Kali ini kita satu grup dengan jurusan-jurusan yang kaptennya merupakan anggota tim futsal vokasi. Ardi (PVT), Radi (PPP), Arifki (MAB), praktis hanya SJMP yang kaptennya bukan pemain tim futsal vokasi. Menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk bisa lolos dari grup. Selain untuk memperbaiki prestasi di tahun sebelumnya, juga untuk membuktikan ke teman-teman saya bahwa jurusan saya hebat.

          Singkat cerita kami lolos dari grup. Lolos ke babak 8 besar. Namun, sayangnya kami dikalahkan EKW di babak 8 besar yang mana kaptennya juga teman saya di futsal vokasi, yaitu Farid. Kami kalah dengan skor 4-1, walaupun sempat unggul lebih dulu dan menahan imbang 1-1 sampai waktu normal berakhir. Kami kalah di babak extra time.

          Banyak teman-teman saya yang menangis setelah pertandingan tersebut. Saya tidak. Masa kaptennya tidak tegar. Enggak-enggak becanda haha. Saya tidak menangis karena merasa hasil pertandingan tersebut bukan untuk ditangisi. Karena sesungguhnya kita tidak gagal. Kita berhasil. Berhasil lebih baik dari tahun sebelumnya.

          Total saya mencetak 4 gol dan 1 assist dari 5 pertandingan. Yang terbaik di tekom. Saya sangat bersyukur karena saya berhasil memenuhi keinginan saya, yaitu lebih baik dari sebelumnya. Karena tahun sebelumnya kami tidak lolos dari grup dan saya hanya mencetak 1 gol dan 1 assist.

Kesembilan, Domba Cup 2018.

          Disini saya merasa gagal total. Tidak lolos dari grup. Kalah dari tim-tim yang seharusnya bisa kami kalahkan. Tidak mencetak gol dari 3 pertandingan. Banyakk blunder di pertandingan pertama.

          Pertama karena jarang latihan, sehingga kita bermain tanpa chemistry atau kemistri. Kedua, menurut saya karena banyak pemain yang egois. Merasa jago dan merasa pendapatnya paling benar. Hal tersebut semakin membuat kami tidak menyatu sebagai tim. Padahal, banyak pemain berkualitas di tim kami. Entahlah, saya malas banyak bercerita tentang ini.

          Selesai. Sekali lagi saya sangat sangat sangat bersyukur dengan segala hal yang saya dapatkan sepanjang 2018. Banyak capeknya, banyak pusingnya, banyak gagalnya, tapi tidak sedikit prestasi dan pencapaian. Semuanya merupakan rezeki. Seperti biasa, kedepannya saya akan berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya. Karena bagi saya, sukses itu bukan ketika orang lain bisa jadi juara terus kita bisa jadi juara juga lantas kita disebut sukses. Tapi, sukses itu ketika pencapaian kita saat ini sudah lebih baik dari pencapaian kita sendiri sebelumnya.

Sudah terbayang mau ngapain aja, tapi tidak tahu apa saja yang akan saya dapat di 2019. Semoga jauh lebih baik dari 2018. Selesai. Selamat Tahun Baru 2019.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

5 Tempat Kemana Hilangnya Pulpen dan 3 Tips Agar Tidak Kehilangan Pulpen

Pengalaman Ikut Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) 2016

Lomba Calistung Kelas 1 SD tahun 2004/2005