[CERPEN BOLA] Damai Itu Indah (The Jak/Bobotoh)
"Mati lu!", kata Jeki sambil memukul wajah Bani dengan sekuat tenaga menggunakan tangan kanannya.
Bani sedikit terpental kemudian memegang bibir bagian bawahnya yang ternyata berdarah. Bani pun pergi meninggalkan Jeki. Bani pergi menemui ayahnya yang terlihat sedang bersantai di rumahnya.
"Ayah, aku dipukul Si Jeki, kita harus balas dia", kata Bani mengadu dengan nada kesal.
"Huss! Jangan gitu, ah! Diomongin baik-baik kan bisa.", jawab Ayah Bani dengan lembut.
"Enggak! Pokoknya harus dibalas.", kata Bani lagi dengan nada yang semakin tinggi.
"Sudah sudah, bersihin dulu darahmu sana!", perintah Ayah Bani masih dengan lembut.
Jeki dan Bani memang sering bertengkar. Sebenarnya belum bisa dikatakan bertengkar, karena mereka hanya saling membalas perbuatan jahat temannya. Seperti saat Jeki melewati rumah Bani yang kemudian dilempar jambu oleh Bani dari atas pohon. Atau ketika Bani melewati rumah Jeki untuk pulang, Bani ditembak ketapel oleh Jeki dari balik pagar rumahnya. Dan begitu seterusnya tidak ada yang mau berhenti menjahati temannya karena merasa belum impas walaupun tidak diketahui siapa yang mulai duluan karena sudah terjadi cukup lama.
Suatu siang Jeki melewati rumah Bani untuk kesekian kalinya. Benar saja Bani sudah siap melancarkan aksi balas dendamnya. Jdug! Terdengar suara sesuatu yang terbentur. Ternyata Bani melempar Jeki dengan batu. Cukup besar, sekitar sekepal tangan orang dewasa. Jeki terlihat sampai sedikit terpental walau masih berdiri sambil memegangi bagian belakang kepalanya.
"Aduh! Aahh.", Jeki meringis kesakitan sambil mengusap kepala bagian belakangnya.
"Waduh, berdarah.", kata Jeki lagi setelah melihat telapak tangannya dengan lemas.
"Rasain lu!", Bani muncul sambil melipat kedua tangannya di dada.
Jeki menengok ke arah Bani. "Gua udah ngira, ini pasti perbuatan lu.", kata Jeki untuk kemudian kembali memalingkan mukanya.
Kemudian, Jeki terjatuh dengan mata terpejam entah kenapa. Bani yang panik mencoba membangunkan Jeki dengan menggoyangkan tubuh Jeki.
"Jek! Jek!", Bani coba memanggil Jeki sambil menggoyangkan tubuh Jeki.
Ternyata Jeki pingsan. Beni panik. Kemudian Bani melapor ke Ayahnya untuk kemudian membawa Jeki ke rumah sakit. Sudah beberapa jam Jeki masih belum sadarkan diri. Pada malam harinya, Ayah Jeki datang dan menemui Ayah Bani dirumahnya. Mereka ngobrol sambil ngopi di depan teras rumah.
"Tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf. Anak saya juga kan sering melakukan hal seperti ini ke anak Bapak. Saya tahu itu.", kata Ayah Jeki dengan tenang seolah tidak marah kepada Bani.
"Bukan begitu, pak. Menurut saya ini sudah keterlaluan.", Ayah Bani masih merasa bersalah.
"Iya. Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Ini kan sudah terjadi.", jawab Ayah Jeki.
"Sekarang begini saja, kita bantu mereka berdamai saja. Kita juga gak mau kan kalau sampai ada yang terluka seperti ini lagi. Ini sudah bertahun-tahun sampai mereka beranjak dewasa, masa mau begini terus.", lanjut Ayah Jeki.
"Ya, ya, tentu, pak. Saya setuju. Kalau mereka terus mengungkit yang sudah-sudah, mereka akan terus saling balas dendam, tidak akan puas, dan tidak akan ada habisnya.", jawab Ayah Bani bersemangat tanda sangat setuju.
Dua hari berselang, Ayah Bani dan Ayah Jeki mempertemukan kedua anaknya dirumah Jeki. Setelah Jeki pulih tentunya.
"Begitu, nak. Ayo makanya coba kamu maafkan kawanmu itu.", kata Ayah Bani kepada Bani.
Bani yang duduk di sebelah kiri ayahnya hanya diam untuk kemudian melirik sinis ke arah Jeki.
"Ayo. Percayalah, nak, damai itu indah. Kalian juga kan sama-sama suka main sepakbola, masa mau musuhan terus. Ayolah, damai, biar bisa main bareng juga. Rumah kalian juga kan berdekatan, biar sama gak tegang juga setiap lewat rumah Bani.", sambung Ayah Jeki yang berbicara kepada Jeki.
Jeki mendengarkan omongan Ayahnya sambil terus menatap Bani. Cukup lama. Akhirnya Jeki mengulurkan tangan kanannya mengajak Bani bersalaman. Bani kembali menatap Jeki dengan sini. Namun,tak lama berselang, Bani menyalami Jeki.
"Maafin gua, Jek. Ayah gua dan ayah lu bener.", kata Bani sambil masih memegang tangan Jeki.
"Iya, maafin gua juga, Ban. Besok kita main bola bareng, ya!", jawab Jeki dengan ceria.
Akhirnya mereka berdua berdamai dan tak lagi saling serang saat temannya melewati rumahnya. Mereka pun sering bermain bola bersama, bahkan berlatih di SSB yang sama. Akhirnya Jeki lolos seleksi Persija U-19 dan Bani sudah lama bermain untuk Persib Junior sejak berusia 15 tahun. Mereka pun bertemu di sebuah pertandingan dan saling berpelukan di awal dan akhir pertandingan.
Di dunia nyata, Jeki seolah The Jak, Bani seolah Bobotoh, Ayah Jeki seolah Ferry Indrsjarif (Ketua The Jak), Ayah Bani seolah Heru Joko (Ketua Bobotoh).
Comments
Post a Comment