[Kata Nafi] Kualifikasi AFC Cup U-23: Indonesia 0-3 Malaysia

          Kemarin atau hari Rabu, 19 Juli 2017, Timnas Indonesia U-23 asuhan Luis Milla memulai pertualangannya di Kualifikasi Piala Asia U-23 dengan menghadapi Malaysia. Indonesia wajib menang untuk memuluskan langkahnya lolos ke Piala Asia U-23 Januari nanti, mengingat hanya juara grup yang otomatis lolos ke Piala Asia U-23. Dan Indonesia berada satu grup dengan Thailand yang berdasarkan sejarah pertemuan kedua tim, Indonesia selalu kalah dari Thailand.

          Sayangnya, di pertandingan pertama menghadapi Malaysia ini, Indonesia justru kalah telak 0-3. Kayaknya, semua orang setuju kalo gua bilang "Harusnya evan dimas main dari awal". Memang patut dipertanyakan ketika Luis Milla tidak memainkan Evan Dimas sejak awal. Saingan Evan Dimas untuk posisi gelandang serang dan peran "Number 10" atau pengatur serangan adalah Gian Zola. Dilihat dari sisi manapun, Evan Dimas tentu lebih unggul. Mulai dari usia yang lebih tua, pengalaman dimana Evan Dimas sampai ke Barcelona mewakili Asia pada kompetisi yang digelar Nike, sampai mental pun sudah jelas Evan Dimas unggul dimana dia menjadi kapten Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri yang lolos ke Piala Asia u-19 dan juara AFF Cup U-19.

          Bahkan di lapangan pun jelas sekali Evan Dimas lebih unggul. Di 45 menit pertama, Zola sebagai pengatur serangan terlihat malah lebih dekat ke garis tengah lapangan saat membangun serangan dimana posisi ini harusnya diisi Hargianto. Terbukti terlihat Hargianto agak kesulitan menyesuaikan Zola. Hal ini pun membuat Marinus sebagai striker semakin kesulitan karena tidak ada yang meg-cover nya di lini depan. Suplai bola ke Febri dan Septian David pun lebih banyak diberikan oleh Hargianto melalui umpan-umpan panjangnya.

         Berbeda sekali ketika di 45 menit kedua, Evan Dimas masuk menggantikan Zola. Lini tengah Indonesia kelihatan lebih kreatif. Suplai bola ke Febri maupun Septian lebih banyak. Penjagaan pemain Malysia ke Febri, Septian, dan Marinus pun berkurang karena mereka mulai fokus ke Evan Dimas, sedangkan gaya main Evan yang bermain operan satu-dua membuat pertahanan Malaysia mulai terbongkar. Sayangnya masuknya Evan seolah terlambat karena Indonesia harus mengejar defisit 3 gol, sangat sulit tentunya walupun Indonesia berhasil melakukan shooting-shooting on target melalui Evan dan Hargianto, yang bahkan sempat mendapat dua peluang emas melalui Febri, Indonsia tetap gagal mencetak gol.

          Selain itu, pertahanan Indonesia memang terlihat lemah ketika menghadapi direct ball  atau umpan daerah ke kotak penalti. Seringkali pemain Malaysia dengan mudah menembus pertahanan Indonesia melaui direct ball seperti gol pertama dan keduanya. Para pemain bertahan Indonesia terlihat lemah di komunikasi, karena Andi Setyo, Bagas Adi, dan Satria Tama seringkali salah koordinasi. Disinilah peran Bagas Adi sebagai kapten dipertanyakan, tentunya kita merindukan sosok Hansamu Yama dan sekali lagi mempertanyakan keputusan Luis Milla yang mencadangkannya. Apalagi pada era Indra Sjafri, Bagas Adi merupakan pemain cadangan yang bahkan dikapteni Evan Dimas.

          Lagipula, Malaysia asuhan Ong Kim Swe memang bermain baik dengan formasi 3-4-3 yang membuat Zola dkk sulit menembus pertahanannya di babak pertama. Pemain Malaysia pun terlihat lebih tenang dalam menguasai bola sehingga mampu mengalirkan bola dan membangun serangan dengan baik. Dan mungkin, tidak adanya individu yang menonjol seperti yang dimiliki Indonesia dalam diri Febri dan Septian membuat Malaysia mampu bermain baik sebagai tim ketimbang Indonesia. Terlepas dari itu, Luis Milla berhasil menemukan solusi di babak kedua dengan memasukan Evan dan Asnawi dan usaha pasukan garuda muda patut diacungi jempol.

          Terlepas dari itu semua, gua setuju kalo ada yang bilang "Regulasi pemain U-23 di Liga 1 gak ada hasilnya". Pasalnya, memang seolah tak ada gunanya, pemain yang "bersinar" di klubnya seperti Zola, Febri, Satria Tama, Andi Setyo, Hanif, dsb meredup dan terlihat melorot mentalnya karena tak mampu tunjukan tajinya. Hal tersebut menguatkan statement yang menyebut "regulasi seperti itu tidak diperlukan karena memang seharusnya pemain muda bermain di tim senior karena memang pantas bukan karena regulasi". Hal tersebut bertambah kuat jika kita mengingat-ingat Sea Games 2011 dimana pemain-pemain seperti Egi Melgiansyah, Titus Bonai, Andik Vermansyah, Ramdani Lestaluhu, Ferdinand Sinaga, Dirga Lasut, Hasyim Kipuw, Kurnia Meiga, dan lain-lain merupakan pemain yang memang bermain di tim uatama klubnya karena kemampuannya. Faktanya, beberapa pemain tersebut masih eksis di liga tertinggi sepakbola Indonesia sampai saat ini. Jadi, perlukah regulasi pemain u-23 di Liga 1?


Comments

Popular posts from this blog

5 Tempat Kemana Hilangnya Pulpen dan 3 Tips Agar Tidak Kehilangan Pulpen

Pengalaman Ikut Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) 2016

Lomba Calistung Kelas 1 SD tahun 2004/2005